23 Juni 2009

Pers Mahasiswa : Sebuah Renungan Sejarah

Sejarah pers mahasiswa adalah sebuah kisah romantis yang manis membuahkan hasil gemilang atas momentum penting dalam sejarah Indonesia. Panorama sejarah mendedahkan perjuangan pers mahasiswa sejak zaman colonialisme-imperialisme (1914-1945) persma menjadi sarana penyebaran ide-ide nasionalisme, pembaruan dan kemerdekaan. Sejarah juga mencatat pers mahasiswa terjebak dalam politik elit dan menjadi alat kepentingan politik tertentu, yaitu era demokrasi terpimpin (1959-1966). Memasuki era orde baru tahap awal (1966-1974) persma secara kuantitatif oplahnya memimpin sirkulasi pers nasional, rentang waktu ini ruang public terbuka dan kritik atas kekuasan tidak dilarang tetapi tidak langgeng.

Tahap selanjutnya dari era orde baru (1974-1978) ketika sebuah rezim yang despot perlu menguji soliditasnya pecahlah tragedy Malari yang berdampak pengekangan atas ekspresi politik mahasiswa, persma pun tiarap. Kemudian selama lebih dari satu decade (1978-1990, terjebak dalam rezim yang otoriter, persma tumbuh menjadi semacam kekuatan alternative demokrasi. Hingga era kejatuhan orba dan menjelang orde reformasi (1998), akibat kesalahan pembusukan internal yang dahsyat serta akumulasi penderitaan social akibat mismanajemen Negara menimbulkan massifikasi protes ditabuhlah genderang reformasi, persma membackup gerakan menuju reformasi ini dengan bentuk media aksi atau lazim dikatakan sebagai media propagandis yang berwujud terbitan-terbitan temporer (selebaran-selebaran ajakan turut berdemonstrasi).Pers mahasiswa dalam lintasan sejarah telah membuktikan dirinya sebagai media alternative demokrasi.

Situasi pasca reformasi (21 Mei 1998) ditandai dengan perayaan kemenangan demokrasi ada luapan kegembiraan, kepuasan atau bisa dibilang euphoria. Pers mahasiswa memasuki masa transisi demokrasi, semacam labirin baru bagi Indonesia. Berada dalam situasi baru pers mahasiswa dihadapkan pada problem internal dan eksternal. Problem internal, pertama harus menjawab pertanyaan fungsinya sebagai wadah pembelajaran, semacam motor pembentuk tradisi menulis. Kedua sebagai wadah pembangun kesadaran, semacam tempat persemaian ide-ide baru. Dan yang ketiga sebagai wadah kerja-kerja jurnalistik yang dengan ini pers mahasiswa menjadi milik kampus.

Sedangkan pada problem eksternal ditengah arus globalisasi yang merasuk dalam relung social, politik ekonomi dan budaya yang melanda negeri. Pers mahasiswa dihadapkan pada problem situasi yang melingkupi, berupa hadirnya bermacam fenomena yang memerlukan respon yang mengakar, menjadi semacam bentuk the pers of discourse (pers wacana). Artinya pers mahasiswa menemukan signifikansinya sebagai wadah budaya ditengah mainstream pers Nasional yang lebih dominan serta memiliki kecenderungan profit.***

(dari berbagai sumber)




0 komentar:

Posting Komentar

 

Ikut ViskosaOnline

ViskosaOnline Copyright © 2009 Designed by Ipietoon