28 Maret 2011

Serat Rami Jadi Unggulan Tekstil

Serat Rami Jadi Unggulan Tekstil

Serat rami akan menjadi salah satu unggulan Indonesia untuk merebut pasar
tekstil internasional pascapenghapusan kuota tekstil tahun 2005 mendatang. Hal
ini terjadi karena iklim di Indonesia sangat cocok untuk mengembangkan serat
rami tersebut. Demikian dikatakan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rini MS
Soewandi seusai menyerahkan bantuan empat buah mesin bagi Koperasi Pengembangan
Serat Alam Indonensia (Kopserindo) di Desa Sapuran, Kecamatan Purworejo,
Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah (Jateng), Selasa (10/2).

Menurut Rini, serat rami sangat potensial untuk memenuhi kebutuhan bahan baku
industri tekstil. Karena itu, ia mengharapkan pemerintah dapat mendorong
masyarakat untuk menanam pohon rami sebanyak mungkin. Hal ini akan sangat
membantu memenuhi kebutuhan bahan baku industri tekstil. Selain itu, juga bisa
meningkatkan ekonomi masyarakat. Serat rami diproyeksikan menggantikan kapas
yang selama ini harus diimpor dari luar negeri. Selain rami, pemerintah juga
mengarahkan industri tekstil nasional untuk mengembangkan tekstil dan produk
tekstil dari bahan baku poliester, sutera, dan rayon.

Dalam rangka meningkatkan pengembangan dan manfaatan serat rami untuk industri
tekstil tersebut, sebanyak enam perusahaan tekstil telah menandatangani nota
kesepahaman dengan Kopserindo di Wonosobo. Keenam perusahaan tersebut adalah PT
APAC Inti Corporation, PT Lucky Abadi, PT Bisma Putra tekstil, PT Pancaran
Harapan Nusa, PT Sandra Tex ,dan PT Dawai Indah Adil.

Kepala Kopserindo, Entjep Sukandar menjelaskan, koperasi yang dipimpinnya
sebagai pilot proyek pemanfaatan serat rami, mempunyai kapasitas terpasang
pengolahan 250 ton serat rami. Namun, saat ini bahan baku yang tersedia baru 225
ton dari hasil produksi petani Wonosobo di areal seluas 100 hektare sehingga
masih ada peluang ditingkatkan sampai 200 haktare.

Lebih jauh Menperindag menyebutkan, negara yang sudah lebih dulu berhasil
memanfaatkan serat rami untuk industri tekstil tersebut adalah Cina, Brasil,
Bangladesh, dan Filipina. Indonesia, katanya, walaupun baru mulai mengembangkan
serat rami ini sejak dua tahun silam tetapi Indonesia memiliki peluang yang
lebih besar jika dikembangkan secara serius. Hal ini terjadi karena di
negara-negara tersebut mereka hanya bisa memanen rami dua kali setahun sedangkan
di Indonesia bisa sampai lima kali setahun.

Saat ini, luas budidaya agroindustri serat ramie di Indonesia termasuk di
Wonosobo, hasilnya diperkirakan baru mencapai 1.023 ton.

Daerah lain yang mengembangkannya adalah di Oku seluas 105 hektare yang hasilnya
bisa mencapai 236 ton, Lahat 20 hektare (45 ton), Pagar Alam 20 Hektare (45
ton), Muara Enim 20 hektare (45 ton), Musi Rawas 20 hektare (45 ton), Rejang
Lebong 20 hektare (45 ton), Way Kanan 20 hektare (45 ton), Lampung Utara 20
hektare (45 ton), Lampung Barat 20 hektare (45 ton), Tanggamus 20 hektare (45
ton), Toba Samosor 20 hektare (45 ton), dan Garut, Sukabumi serta Subang yang
seluruhnya mencapai 50 hektare (112 ton). (M-15)

Last modified: 12/2/04
Suara Pembaruan Daily

0 komentar:

Posting Komentar

 

Ikut ViskosaOnline

ViskosaOnline Copyright © 2009 Designed by Ipietoon